Senin, 13 Agustus 2012

KETIKA ADA DAN TIADA

bagi orang yang hatinya belum sungguh-sungguh kepada allah, maka sikapnya ditentukan oleh kondisi hatinya. ketika diberi, ia akan terlalu gembira karena pemberianya itu, saat ditolak, ia akan kecewa karena harapanya tak tersampaikan. namaun bagi orang yang mengetahuinya atas apa yang terbaik bagi dirinya itu berasal dari allah. maka pemberian dan penolakan tidak membuat senang atau susah.  senang dan susahnya jika ia tidak mau bersyukur serta bersabar.  ia akan kecewa juka ia tidak mau bersyukur dan bersabar.  bukan pada ada dan tiadanya, dia akan kecewa. 
misalnya bagi orang pedagang yang bergantung pada makhluk gejalanya dapat dirasakan senang apabila ada pembeli dan kecewa jika tidak ada pembeli.
mulailah berlatih, ketika mendapat karunia, merasa gembira sewajarnya . kalau mendapat nikimat itu semata-mata hanya kemurahan allah, jangan dikait-kaitkan dengan kehebatan ibadah kita. karena allah tidak dapat di paksa.
contoh lainya, ketika memperoleh gajih, ia sangat senang . namun ketika uang gaji itu harus keluar untuk membayar keperluanya, ia bersedih.
berarti kita masih senangnya dengan sesuatu yang datang dan sedih dengan sesuatu yang harus keluar.
padahal kalau kita tafakuri, uang itu sesungguhnya sejak dari dulu hingga kini terus saja mengalir, gaji itu lalu lintas takdir allah sebagai salah satu aliran rezeki.
sehingga bergembiranya kita bukan pada adanya uang, melainkan adanya ladang amal.  bila waktunya uang itu harus pergi seharunya tidak harus bersedih, dengan demikian apabila kita menyukai dengan apa saja yang ditetapkan allah, itu berarti tanda orang yang bersyukur dan merasa bahagia apabila karunia yang di berikan allah kepada orang lain serta itu juga buah dari syukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar